Thursday, December 20, 2012

penginderaan jauh



UNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI CITRA

                              


                 DISUSUN
Oleh :
BRIAN ROY SIMBOLON
3113131010
B – Reguler 2011


JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2012




UNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI CITRA


1.1 Unsur interpretasi Citra
Prinsip pengenalan obyek pada citra mendasrkan atas penyedilikan karakteristiknya atau atributnya pada citra.Karakteristik obyek yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek.Adapun unsur-unsur citra terdiri dari sembilanbutir,yaitu rona,warna,ukuran,bentuk,tekstur,pola,tinggi,bayangan,situs dan asosiasi.Disamping itu juga diperbincangkan konvergensi bukti,asas penting penerapan unsur interpretasi citra dalam pengenalan obyek.
1.        Rona dan warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek citra.Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak dan disebut sinar putih dengan panjang gelombang (0,4-0,7)µm,rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih dan sebaliknya.Obyek tampak biru,hijau atau merah memantulkan spektrum dengan panjang gelombang 0,4-0,5µm, 0,4-0,7µm,atau 0,6-0,7)µm.
2.        Bentuk
Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja.Bentuk,ukuran dan tekstur dikelompokkan sebagai keruangan rona sekunder jika ditinjau dari segi kerumitannya,adapun bentuk itu sendiri dapat antara lain shape dan form.Jika dikatakan dengan shape atau bentuk umum,sedang form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci.
3.        Ukuran
Atribut obyek yang antara lain berupa jarak,luas,tinggi,lereng.dan volume.Ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala agar  dapat menentukan obyek yang akan diamati dapat diketahui dengan melihat ukuranya.
4.             Tekstur
Pengulangan rona kelompok obyek yang dibedakan secara individual.Pada tekstur sering dikatakan dengan kasar,halus.contoh yang halus seperti tanaman padi.
5.             Pola
Pola,tinggi dan bayangan dikelompokkan kedalam tingkat kerumitan tersier.contoh pola pemukiman transmigrasi dikenali degan  pola yang teratur.
6.             Bayangan
Bayangan dapat bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang ada pada daerah gelap.Meskipun demikian bayangan sering merupakan kunci pengenalan penting bagi beberapa obyek yang justru yang lebih tampak dengan adanya bayangan yang ditimbulkan.
7.             Situs
Bersama-sama dengan asosiasi,situs dikelompokkan kerumitan yang lebih tinggi.Situs merupakan ciri obyek secara langsung,melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar atau letak obyek.
8.             Konvergensi bukti
Di dalam mengenali obyek pada foto udara ataupun citra lainnya,agar tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi tetapi sebaiknya menggunakan interpretasi sebanyak mungkin agar bukti-bukti tentang konvergensi yang kita peroleh mengarah pada satu simpul.
1.2 Teknik Interpretasi Citra
Teknik ini dilakukan interpretasi citra sebagai alat atau cara khusus untuk melaksanakan metode penginderaan jauh.Interpretasi dapat dilakukan secara ilmiah dengan metode dan teori yang berlandaskan teori.Cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain data acuan,kunci interpretasi citra,penanganan data,pengamatan stereoskopik,metode pengkajia,dan penerapan konsep multi.
1.2.1 Data acuan
Kemiripan ujud ini memudahkan pengenalannya pada citra,sedang kelengkapan gambarannya memungkinkan oleh berbagai pakar dan untuk berbagai keperluan.Meskipun demikian masih diperlukan data lain untuk menyakinkan hasil interpretasinya dan untuk menambah data yang diperlukan.Makna dan manfaatnya adalah dapat berupa pustaka,pengukuran,analisis laboratorium,peta,kerja lapangan,foto terestrial maupun foto udara yang digunakan.
1.2.2.Kunci interpretasi
Kunci interpretasi pada umumnya berupa potongan citra yang telah diinterpretasi serta diyakini kebenaranya dan diberi keterangan seperlunya,dan keterangan itu menyangkut jenis,skala.saat perekaman dan lokasi daerahnya.Kunci interpretasi dibedakan atas dasar lingkupnya dan atas dasar lainnya.
1.Atas dasar lingkupnya
Dibedakan menjadi 4 jenis,yaitu:
a)    Kunci individual
b)   Kunci subyek
c)    Kunci analog
2. Atas dasar lainnya
Salah satu dasar pembedaan ialah pada karakter dasar atau karakter intrinsiknya.Berdasarkan aspek interinsiknya dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
a)    Kunci langsung yaitu interpretasi citra yang disiapkan untuk obyek atau kondisi yang    tampak langsung pada citra,seperti bentuk lahan
b)   Kunci asosiatif digunakan untuk dedukasi informasi yang tidak tampak langsung,seperti erosi
1.2.3 Penanganan Data(data handling)
Pada transparansi gulungan lebih muda penanganannya akan tetapi terhadap yang lain lembaran perlu berhati-hati,baik lembaran transparan maupun kertas cetak.Cara sederhana mengatur citra dengan baik adalah 1).Menyusun citra tiap satuan perekaman.2)Mengurutkan tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan kertas penyekat.3)Meletakkan tumpukan citra dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat.4)Meletakkan citra yang akan digunakan pembanding di sebelah-menyebelah.5)Pada saat dikaji tumpukan menghadap kebawah dalam urutannya.
6.2.4 Pengamatan Steroskopik
Citra yang lama dikembangkan untuk pengamatan steroskopik ialah foto udara dan dapat digunakan untuk mengukur beda tinggi dan tinggi obyek bila diketahui salah satu titik yang tergambar pada foto serta lerengnya diukur.Disamping itu foto udaram,dari pasangan citra radar atau citra lain yang bertampalan juga dapat ditimbulkan perujudan tiga demensional bila diamati dengan steroskop.Syarat pengamatan yaitu daeraha yang bertampalan dan adanya paralaks pada daerah yang bertampalan.Paralaks adalah letak obyek pada citra terhadap titik acuan disebabkan perubahan tempat pengamatan.Disamping itu,pengenalan obyek juga mempermudah dua hal itu:
a.Pembesaran tegak yang memperjelas relief
b.Pembesaran tegak bila digunakan binokulern dalam pengamatannya.
Pada dasarnya ada 2 metode pengkajian umum yaitu 1.fishing expedition 2.logical search

1.2.6 Konsep Multi
Konsep Multi ialah cara perolehan dan analisis data penginderaan jauh yang meliputi:(1)Multispektral,(2)Multitingkat,(3)Multitemporal(4)Multiarah,(5)Multipolarisasi dan (6)Multisiplin.
1.Multispektral
Multispektral ada empat yaitu a) Meningkatkan kemampuan interpretasi secara manual,b)Dimungkinkan pembuatan citra komposit warna berdasarkan multispektral hitam putih.c)Dimungkinkan peragaan citra paduan dengan menggunakan alat penganat aditif dan d)Memungkinkan dilakukannya pengenalan pola sehingga interpretasinya meningkat sangat berat.
a)Meningkatkan kemampuan interpretasi secara manual
obyek mudah dikenal pada citra spektral maupun multisaluran dengan saluran elektromagnetik menjadi spektrum sempit.Rincian ini dilakukan pada spektrum ultraviolet spektrum tampak,inframerah, dan spektrum gelombang mikro.
b)Pembuatan citra paduan warna
Manfaat lain citra multispektral ialah dapat dilakukan penajaman warna dari 3 citra multispekral hitam putih yang berbeda salurannya berbeda.Karena ada penajaman dapat mengenali obyek yang tadinya tak dapat dikenali dikarenakan warna bedanya terhadap obyek dipertajam.
c.Pengamtan warna aditif
warna aditif yaitu  biru ,hijau dan merah dan bila digabungkan akan membentuk warna komplementer.Warna bergantung kepada 1)paduan warna filter 2)pengaturan tombol untuk mengatur intensitas paduan warna aditif.Dengan kombinasi warna dapat  lebih cepat pengenalan obyek dengan cara penajaman rona dan pemoretan kembali.
d.Pengenalan pola
Tiap obyek mempunyai nilai spektral tertentu dan berbeda panjang gelombangnya.Pengenalan pola hanya merupakan salah satu cara penyadapan informasi data penginderaan jauh,sedang penyadapan informasi merupakan satu diantara 5 kegiatan pemrosesan digital
2.Multitingkat
Menggunakan wahana dengan ketinggian terbang diatas permukaan bumi atau tinggi orbit berbeda-beda.Dalam pelaksanaan penginderaan jauh perlu diperhatikan,yaitu;keseragaman waktu perekaman dari satelit maupun dari pesawat.pemotretan dilakukan pada saat satelit melewati dan merekam daerah yang dikaji.
Konsep multitingkat membuahkan kategori seperti skla besar,sedang dan kecil dibatasi masing-masing oleh skala1:10.000 atau lebih besa antara1:10.000 hingga 1:30.000 dan lebih kecil dari 1:30.000.Bagi citra satelit dibatasi oleh skala 1:50.000 atau lebih besar,antara 1:50.000 hingga 1:250.000 dan lebih kecil dari 1:250.000
3.Multitemporal
Data suatu daerah yang menggambarkan kondisi saat perekaman yang berbeda dengan adanya data dengan frekuensi ulang yang pendek yaitu maka dimungkinkan untuk memantau perubahan cepat seperti perkembangan kota
4.Multiarah
Sensosr yang dapat diputar kearah yang berbeda dapat meningkatkan kemampuan pengadaan data penginderaan jauh,terutama bagi daerah tropika yang banyak penutup awan.Sensor dapat diarahkan bebas  awan bila daerah dibawahnya tertutup awan.Dengan bertambahnya kemungkinan data tersebut maka bertambah pula kemungkinan untuk menginterpretasikan dan memanfaatkan.
5.Multipolarisasi
Konsep ini diterapkan pada citra radar,pulsa tenaga yang dipancarkan dari antena dapat dipolarisasikan sehingga gerakannya  mengikuti bidang datar (H)dan tegak(V).Dengan demikian maka sekurang-kurangnya ada 4 jenis panduan polarisasi yaitu polarisasi paralel yang berupa HH dan VV dan silang berupa HV dan VH.Polarisasi HH berarti pulsa tenaga yang dipancarkan menurut bidang mendatar demikian pulan dengan tenaga baliknya.
6.Multidisiplin
Citra penginderaan jauh menyajikan gambaran lengkap sehingga sarana yang baik sekali bagi pendekatan multidispliner






makalah sarana dan prasarana transportasi (geografi transport dan permukiman)



BAB II
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000 pulau dengan total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati peringkat keempat dari 10 negara berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta jiwa). Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan sulit untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
Dalam hidup ini, manusia akan sering mengalami perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan wahana atau digerakkan oleh mesin, yang disebut dengan transportasi. Semua  manusia melakukan kegiatan perjalanan. Perjalanan tersebut bisa dilakukan berbabagai cara ternasuk juga melalui jalur darat, laut dan udara.
            Sarana transportasi yang ada di darat, laut,
maupun udara memegang peranan vital dalam berbagai aspek termasuk sosial dan ekonomi  melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mestinya sehingga transportasi dapat menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainya dapat ikut merasakan hasil produksi yang rata maupun hasil pembangunan yang ada.
            Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam menangani kinerja sistem transportasi yang ada.

Rumusan Masalah
1.      Apa yang menjadi sarana dan prasarana dari transportasi?
2.      Bagaimana pengaruh s sarana dan prasarana dari transportasi tersebut?





BAB II
PEMBAHASAN

SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI

  TRANSPORTASI UDARA
 Sarana
Pesawat terbang atau pesawat udara atau kapal terbang atau cukup pesawat saja adalah kendaraan yang mampu terbang di atmosfir atau udara
 prasarana
·         Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
·         Menurut ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
·         Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah “lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat”.
Pengelolaan infrastruktur dan transportasi Bandar udara
            Bandar udara atau Bandara pada zaman sekarang tidak saja sebagai tempat berangkat dan mendaratnya pesawat, naik turunnya penumpang, barang (kargo) dan pos, namun bandara telah menjadi suatu kawasan yang begitu penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah disekitar, karena itu penataan ruang dan kawasan menjadi sangat penting bagi daerah-daerah disekitar bandara.
                        Pengelolaan bandara merupakan salah satu unsur yang menarik dan perlu diperhatikan. Bandara sebagai penghubung antara dunia internasional dengan dalam negeri merupakan hal yang wajib dikelola secara professional. Bandara / bandar udara mencakup suatu kumpulan aneka kegiatan yang luas dengan berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering bertentangan. Bandara merupakan terminal tentunya. Definisi terminal adalah suatu simpul dalam sistem jaringan perangkutan. Oleh karena itu bandara dapat kita samakan dengan terminal, yang mempunyai fungsi pokok sebagai tempat :
·          Sebagai pengendali dan mengatur lalu lintas angkutan udara dalam hal ini adalah pesawat.
·         Sebagai tempat pergantian moda bagi penumpang.
·         Sebagai tempat naik atau turun penumpang dan bongkar muat barang/muatan
·         Sebagai tempat operasi berbagai jasa seperti: perdagangan, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas transit, promosi, dan lain-lain.
·         Sebagai elemen tata ruang wilayah, yakni titik tumbuh dalam perkembangan wilayah.
·         Dalam melakukan pengelolaan bandara yang baik tentunya harus didasarkan pada usaha yang efektif dan efisien. Efektif dan Efisien adalah dua konsepsi utama untuk mengukur kinerja pengelolaan / manajemen :
A.    Definisi efektif adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dapat disamakan dengan memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau cara/metoda yang tepat untuk mencapai tujuan Efektif ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini : 
·         Kapasitas Mencukupi. Dalam artian prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa.
·         Terpadu. Dalam artian antarmoda dan intramoda dalam jaringan pelayanan saling berkaitan dan terpadu.
·         Cepat dan Lancar. Dalam artian penyelenggaraan layanan angkutan dalam waktu singkat, dengan indikasi kecepatan arus per satuan waktu.
B.      Definisi efisien adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar, memperoleh keluaran (hasil, produktivitas, kinerja) yang lebih tinggi daripada masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu) yang digunakan meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk mencapai keluaran yang telah ditentukan, atau memaksimumkan keluaran dengan jumlah masukan terbatas. [Handoko, 1998; 7] . Efisien ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1.    Biaya terjangkau. Dalam artian penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa angkutan.
2.   Beban publik rendah. Artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat sebagai konsekuensi dari pengoperasian sistem perangkutan harus minimum, misalnya: tingkat pencemaran lingkungan.
3.   Memiliki kemanfaatan yang tinggi. Dalam artian tingkat penggunaan prasarana dan sarana optimum, misalnya: tingkat muatan penumpang dan/atau barang maksimum.
4.   Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur kinerja pengelolaan / manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan bandara tersebut.
C.     Definisi andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan pelayanan sesuai dengan penawaran atau “janji”-nya dan harapan/ tuntutan konsumen. Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1.      Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
2.      Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan jadwal dan ada kepastian.
3.      Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan baik eksternal maupun internal, terwujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.
             Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari negara lain. Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam setiap negara ini sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang dan pergi ke atau dari sebuah bandar udara baik dari dalam maupun luar negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data barang angkutan berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi aktivitas ekonomi.
                        Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang mutlak dan wajib dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam kegiatan yang berlangsung dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas, efisien, dan andal. Dimana dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai kualitasnya dengan standar internasional.
            Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai transportasi udara, dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun manusia yang aman, efektif, dan efisien sesuai standar yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu sangat dituntut adanya kebijakan umum yang sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling efisien, efektif dan andal dalam pengelolaannya.
TRANSPORTASI DARAT
Sarana Angkutan Jalan Raya :
Angkutan Jalan adalah kendaraan yang  diperbolehkan untuk menggunakan jalan. Angkutan jalan ini diantaranya adalah :
1.      Sepeda Motor, adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua), atau 3 (tiga) tanpa atap baik dengan atau tanpa kereta di samping.
2.      Mobil Penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
3.      Mobil Bus, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
4.      Mobil Barang, adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
Angkutan darat selain mobil, bus ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun sarana sarana di perkampungan baik di kota maupun di desa. Diantaranya adalah : sepeda, becak, bajaj, bemo dan delman.
Sarana Angkutan Kereta Api :
Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif besar sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara.


Prasarana Transportasi Darat :
Jalan dan Jembatan,  adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Rel Kereta, digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup, penambat, atau penambat e (seperti penambat Pandrol).
Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Puku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu, sedangkan penambat e digunakan untuk bantalan beton atau semen.
Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.
Terminal Transportasi :
ü  Terminal bandar udara, sebuah bangunan di bandara
ü  Terminal bus, sebuah fasilitas transportasi jalan
ü  Stasiun terminal, sebuah stasiun kereta penumpang
ü  Terminal container, fasilitas yang menangani perkapalan
Stasiun Kereta Api, adalah tempat di mana para penumpang dan barang  dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api.
Stasiun kereta api umumnya terdiri atas tempat penjualan tiket, peron atau ruang tunggu, ruang kepala stasiun, dan ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya. Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu, restoran, toilet, mushalla, area parkir, sarana keamanan (polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, depo lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter.
Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir.
Pada stasiun besar, umumnya memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Pada halte umumnya tidak diberi jalur tambahan serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun memiliki pompa dan tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa kereta api masih ditarik oleh lokomotif uap.Karena keberadaan stasiun kereta api umumnya bersamaan dengan keberadaan sarana kereta api di Indonesia yang dibangun pada masa zaman Belanda, maka kebanyakan stasiun kereta api merupakan bangunan lama yang dibangun pada masa itu. Sebagian direstorasi dan diperluas, sedangkan sebagian yang lain ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kebanyakan kota besar, kota kabupaten, dan bahkan kecamatan di Jawa dihubungkan dengan jalur kereta api sehingga di kota-kota tersebut selalu dilengkapi dengan stasiun kereta api.
Halte, adalah tempat pemberhentian sementara untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Sekarang ini sering dikenal halte bus dan angkutan kota, dahulu ada juga halte kereta api.
ATCS, Sistem Kendali Lalu lintas Kendaraan atau Auto Traffic Control System (ATCS) adalah pengendalian  lalu lintas dengan menyelaraskan waktu lampu merah pada jaringan jalan raya.
TRANSPORTASI LAUT
Sarana
Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah  inggris, dipisahkan antara  ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil. Berabad-abad lamanya kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau lautan.
Feri, adalah sebuah sebuah kapal transportasi jarak dekat.Feri mempunyai peranan penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan jembatan atau terowong.
Sampan (bahasa Tionghoa) adalah sebuah perahu kayu tiongkok yang memiliki dasar yang relatif datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang digunakan sebagai alat transportasi sungai dan danau atau menangkap ikan. Sampan dapat mengangkut penumpang  2 – 8 orang, tergantung ukuran sampan. Sampan ada kalanya memiliki atap kecil dan dapat digunakan sebagai tempat tinggal permanen di perairan dekat darat. Sampan biasanya tidak digunakan untuk berlayar jauh dari daratan karena jenis perahu ini tidak memiliki perlengkapan untuk menghadapi cuaca yang buruk.
Kata “sampan” secara harafiah berarti “tiga lembar papan” dalam bahasa Kanton, dari kata Sam (tiga) dan pan (papan). Kata ini digunakan untuk merujuk pada rancangan perahu ini, yang terdiri dari sebuah dasar yang datar (dibuat dari selembar papan); dua lembar papan lainnya dipasang di kedua belah sisinya. Sampan digerakkan dengan sepotong galah, dayung  atau dapat pula dipasangi motor di bagian belakangnya.
Prasarana Transportasi Laut :
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan  barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang.
Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan.
Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu: Pelabuhan Perikanan Pantai, Pelabuhan Perikanan Nusantara, dan Pelabuhan Perikanan Samudera.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi :
·         Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)
·         Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
·         Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk
·         Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk memperbaiki dan membuat kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa yacht, armada militer, cruisine line, pesawat barang atau penumpang.


PENGARUH SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI

                   Transportasi yaitu perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan. Kelancaran proses transportasi dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Jalan dan jembatan termasuk sebagai suatu prasarana pasif yang  yang mendukung lancarnya transportasi di suatu daerah.  Daerah pedesaan, masih sangat terbatas dalam ketersediaan maupun kelancaran sarana dan prasarana transportasinya. Pada dasarnya, transportasi  merupakan  suatu tolak ukur interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Selain itu, transportasi juga berperan menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat, tak terkecuali di daerah pedesaan.
                   Sarana dan prasarana transportasi memiliki beberapa dampak yang secara langsung maupun tidak langsung dalam masyarakat. Ketersediaan dan lancarnya sarana dan prasarana transportasi menghapuskan perisolasian suatu daerah serta aksesibilitas pun semakin meningkat. Peningkatan ini membuka suatu peradaban baru bagi daerah pedesaan tersebut. Sehingga kemajuan dan modernisasi yang berasal dari daerah pusat pemerintahan dapat dengan mudah masuk.
            Hal ini dapat dilihat dari segi ekonomi, yang mana dengan lancarnya sarana transportasi, pemasaran hasil usaha pun semakin mudah. Selain dipermudah dalam hal pengangkutannya juga dipermudah dalam menciptakan pasar dan penyediaan sarana produksi pertanian atau sarana produksi suatu usaha.
            Selain dari segi ekonomi, dapat juga dilihat dari segi pendidikan. Keterbukaan suatu daerah membuat mudahnya masuk tenaga pengajar ataupun sarana untuk peningkatan pendidikan. Sedangkan dalam bidang kesehatan, seperti yang terlihat pada masyarakat menjadi semakin cepat dalam mencapai rumah sakit atau tenaga medis, sehingga pertolonganpun dapat segera didapatkan. Hal–hal di atas membuktikan bahwa dengan lancarnya sarana dan prasarana transportasi dapat meningkatkan pembangunan suatu desa, baik itu dari beberapa dan termasuk juga kedalam  segi fisik maupun dari segi manusianya.





BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Bahwa sarana dan prasarana trasportasi laut,udara dan darat itu seperti contohnya pada transportasi laut yang menjadi sarana yaitu pesawat itu sendiri sedangkan  bandara yang menjadi aspek utama yang saling mendukung  agar pesawat itu dapat lepas landas dan mendarat dalam hubungannya dengan pengangkutan penumpang itu sendiri.
      Pengaruh dari sarana dan prasarana itu  adalah Sarana dan prasarana transportasi memiliki beberapa dampak yang secara langsung maupun tidak langsung dalam masyarakat. Ketersediaan dan lancarnya sarana dan prasarana transportasi menghapuskan perisolasian suatu daerah serta aksesibilitas pun semakin meningkat. Peningkatan ini membuka suatu peradaban baru bagi daerah pedesaan tersebut. Sehingga kemajuan dan modernisasi yang berasal dari daerah pusat pemerintahan dapat dengan mudah masuk.

















geografi transport dan permukiman


Top of Form
 
BAB I
PENDAHULUAN


Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atautempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Padazaman purba manusia bertempat tinggal didalam gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudahmembangun rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yangserba modern. Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum.Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya saranasanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakatyang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimanaorang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salahsatu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan,keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapatbekerja dengan produktif
 Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat denganpenyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakinmeningkat akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masihmerupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan padakelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkunganmenyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dankualitas intervensi kesehatan lingkungan
Ada pula ketentuan pada pasal ini bahwa apabila tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan air  bersih merupakan sarana dasar.Sarana lingkungan yang semestinya ada di dalam kawasan lingkungan ini adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Fasilitas penunjang ini dapat meliputi aspek ekonomi yang antara lain, tersedianya bangunan perniagaan atau perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan, sedangkan fasilitas penunjang yang meliputi aspek sosial budaya, antara lain berupa bangunan pelayanan umum dan pemerintah, pendidikan dan kesehatan, peribadatan,rekreasi dan olahraga, pemakaman dan pertamanan.

BAB II
PEMBAHASAN
KLASIFIKASI PEMUKIMAN

1. Perkampungan darurat
jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada daerahh/lokasi yang bebas dari banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir untuk sementara ditampatkan dipernkampungan ini untuk mendapatkan pertolongan baantuan dan makanan pakaian dan obat obatan. Begitu pula ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapiyang meletus dan lain lain.Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang fasilitas sanitasi lingkungan sehingga kemungkina penjalaran penyakit akan mudah terjadi.
2. perkampungan tradisional
Perkampungan seperti ini biasa nya penduduk atau masyarakatnya masih memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya secara turun temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar walaupun dalam keadaan zaman telah berkembang dengan pesat. Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap kesehatn seperti kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang sampah dan air limbah di sembarang tempat sehingga terdapat genangan kotor yang mengakibatkan mudah berjangkitnya penyakit menular.



3. Perkampungan kumuh (slum area)
Jenis pemukiman ini biasanya timbul akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke kota. Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih baik, mereka bekerja di toko-toko, di restoran-restoran, sebagai pelayan dan lain lain. sulitnya mencari kerja di kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka banyak diantara mereke manjadi orang gelandangan, Di kota ummnya sulit mendapatkan tempat tinggal yang layak hal ini karena tidak terjangkau oelh penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap hari, akhirnya meraka membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar)
4. Perkampungan untuk kelompok-kelompok khusus
perkampungan seperti ini dibasanya dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi orang -orang atau kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah dirancanakan . Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalan kan tugas. setelah cukup selesai maka mereka akan kembali  ke tempat/daerah asal masing masing. contohnya adalah perkampungan atlit (peserta olah raga pekan olahraga nasional ) Perkampungan orang -orang yang naik haji, perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek pembangunan bendungan, perkampungan perkemahan pramuka dan lain lain
5. Perkampungan baru (real estate)
Pemukiman semacam ini drencanakan pemerintah dan bekerja sama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat pemukiman ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman (kawasan pemukiman). ditempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkunan cukup baik, ada listrik, tersedianya sumber air bersih , baik berupa sumur pompa tangan (sumur bor) atau pun air PAM/PDAM, sisetem pembuangan kotoran dan iari kotornya direncanakan secara baik, begitu pula cara pembuangan samphnya di koordinir dan diatur secara baik.
Selain itu ditempat ini biasanya dilengakapi dengan gedung-gedung sekolah (SD, SMP, dll) yang dibangun dekat dengan tempat tempat pelayanan masyarakat seperti poskesdes/puskesmas, pos keamanan kantor pos, pasar dan lain lain.
Jenis pemukiman seperti ini biasanya dibangung dan diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang berpenghasilan menengah ketas. rumah rumah tersebut dapat dibali dengan cara di cicil bulanan atau bahkan ada pula yang dibangun khusus untuk disewakan. contoh pemukiman sperit ini adalah perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang sudah banyak dibangun sampai ke daerah-daerah
Untuk di daerah – daerah (kota kota ) yang sulit untuk mendapatkan tanah yang luas untuk perumahan, tetapi kebutuhan akan perumahan cukup banyak, maka pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta membangun rumah tipe susun atau rumah susun (rumah bertingkat) seperti terdapat di kota metropolitan DKI Jakarta. Rumah rumah seperti ini ada yang dapat dibeli secara cicilan atau disewa secara bulanan.
6. Transmigrasi
jenis pemukiman semacam ini di rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah pemukiman yang digunakan  untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan (ditransmigrasikan) dari suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarng/kurang penduduknya tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan bertani bercocok tanam dan lain lain) disamping itu jenis pemukiman merupakan tempat pemukiman bagi orang -orang (penduduk) yang di transmigrasikan akibat di tempat aslinya seiring dilanda banjir atau seirng mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi.
ditempat ini meraka telah disediakan rumah, dan tanah garapan untuk bertani 9bercocok tanam) oleh pemerintah dan diharapkan mereka nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan kehidupan di daerah aslinya




POLA PERMUKIMAN PENDUDUK\
Permukiman merupakan kumpulan tempat tinggal manusia di suatu kawasan tertentu. Manusia biasa membangun perumahan-perumahan yang berdekatan satu sama lain, karena pola interaksi manusia sebagai makhluk sosial. Permukimanpermukiman yang dibangun oleh penduduk di suatu kawasan akan sangat tergantung kepada kondisi lingkungan di kawasan tersebut. Oleh karena itu, pola-pola pemukiman di setiap wilayah memiliki ciri tersendiri. Namun secara umum, terdapat tiga pola permukiman yang banyak dijumpai di Indonesia, yaitu pola memanjang (linier), pola terpusat (nucleated), dan pola tersebar (dispersed
Bentuk Pola Permukiman Penduduk.
1. Pola Memanjang (Linier)
Pola memanjang permukiman penduduk dikatakan linier bila rumah-rumah yang dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan pada kawasan permukiman yang berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai. Pola ini dapat terbentuk karena kondisi lahan di kawasan tersebut memang menuntut adanya pola ini. Seperti kita ketahui, sungai, jalan, maupun garis pantai memanjang dari satu titik tertentu ke titik lainnya, sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut pun membangun rumah-rumah mereka dengan menyesuaikan diri pada keadaan tersebut.
a. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Alur Sungai
Pola ini terbentuk karena sungai merupakan sumber air yang melimpah dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, misalnya sumber air dan sarana transportasi. Permukiman penduduk di sepanjang alur sungai biasanya terbentuk di sisi kanan dan kiri sungai dan memanjang dari hulu hingga ke hilir. Di Indonesia, pola permukiman ini banyak ditemukan di sepanjang sungaisungai besar, seperti Sungai Musi di Sumatra dan Sungai Mahakam di Kalimantan.
b. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Jalan Raya Perkembangan kemajuan zaman memicu munculnya banyak jalan raya sebagai sarana transportasi yang lebih cepat dan praktis. Jalan raya yang ramai membantu pertumbuhan ekonomi peduduk yang tinggal di sekitarnya untuk membangun permukiman di sepanjang jalan raya. Pola permukiman linier di sepanjang jalan raya dapat ditemukan di hampir seluruh kota di Indonesia.
c. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Rel Kereta Api
Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api biasanya hanya terkonsentrasi di sekitar stasiun kereta api yang ramai dikunjungi orang. Rel kereta api dan stasiun kereta api merupakan sarana vital yang mampu menghubungkan berbagai tempat yang berjauhan, sehingga sangat banyak dikunjungi dan menarik untuk ditinggali. Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api lazim ditemukan di Pulau Jawa saja.
d. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Pantai
Pola permukiman ini biasanya dibangun oleh penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Pola permukiman linier di sepanjang pantai dapat ditemukan di berbagai kawasan pantai dan desa-desa nelayan di Indonesia.
2. Pola Terpusat (Nucleated)
Pola terpusat merupakan pola permukiman penduduk di mana rumah-rumah yang dibangun memusat pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan pada kawasan permukiman di desa-desa yang terletak di kawasan pegunungan. Pola ini biasanya dibangun oleh penduduk yang masih satu keturunan.
3. Pola Tersebar (Dispersed)
Pada pola tersebar, rumah-rumah penduduk dibangun di kawasan luas dan bertanah kering yang menyebar dan agak renggang satu sama lain. Pola tersebar umumnya ditemukan pada kawasan luas yang bertanah kering. Pola ini dapat terbentuk karena penduduk mencoba untuk bermukim di dekat suatu sumber air, terutama air tanah, sehingga rumah dibangun pada titik-titik yang memiliki sumber air bagus.
Sebagaimana kamu ketahui, bahwa dalam persebarannya biasanya penduduk membangun rumah di kawasan-kawasan yang dapat menunjang kegiatan kesehariannya, terutama kegiatan yang menunjang ekonomi mereka. Oleh karena beragamnya pencaharian masyarakat, maka permukimanpermukiman penduduk di Indonesia pun tersebar pada kawasan-kawasan tertentu.
Salah satu penyebab tidak meratanya persebaran permukiman penduduk adalah perekonomian masyarakat. Sejak zaman dahulu, Jawa telah menjadi pusat pemerataan perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Akibatnya, penduduk banyak berdatangan ke Pulau Jawa untuk mencari barang dan pekerjaan karena mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Padahal, kawasan-kawasan lain di Indonesia pun memiliki potensi yang besar untuk pengembangan ekonomi.
Upaya persebaran penduduk secara merata di seluruh wilayah penting untuk dilakukan dengan tujuan agar tingkat kepadatan penduduk di satu kawasan tidak terlalu tinggi dan pembangunan di kawasan-kawasan yang lain dapat terpacu dan mengalami peningkatan. Pola persebaran peduduk dapat dipetakan dalam tiga jenis bentang alam yang lazim dijadikan tempat permukiman, yakni kawasan pantai, kawasan dataran rendah, dan dataran tinggi.
1. Kawasan Pantai
Penduduk yang tinggal di daerah pantai umumnya berprofesi sebagai nelayan atau pedagang. Pedagang membutuhkan permukiman di kawasan pantai untuk keperluan perniagaannya karena lokasi pantai yang dekat dengan laut akan mempermudah transportasi dan perjalanan barang dagangan. Karena itu, kota-kota yang berada di kawasan pantai umumnya merupakan kota perdagangan yang berkembang pesat, misalnya Kota New York di Amerika Serikat dan Kota Marseille di Prancis, juga di kota-kota di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Banda Aceh.

2. Kawasan Dataran Rendah
Penduduk yang tinggal di kawasan dataran rendah umumnya merupakan penduduk yang ingin membangun kawasan pertanian, persawahan, dan perkebunan. Kawasan dataran rendah yang disebari penduduk umumnya ialah yang dialiri aliran sungai. Lokasi dataran rendah yang umumnya datar menjadikan pembangunan di kawasan seperti ini dapat berjalan cepat karena berbagai sarana transportasi seperti jalan dan rel kereta api mudah dibangun. Kota-kota yang berada di kawasan dataran rendah umumnya menjadi kota jasa dan pertanian yang berkembang pesat, misalnya Kota Amsterdam di Belanda dan Kota Bremen di Jerman. Di Indonesia contohnya Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Dataran rendah merupakan daerah datar yang memiliki ketinggian hampir sama. Kondisi wilayah yang datar memudahkan manusia untuk beraktivitas dalam menjalankan kehidupannya. Di Indonesia daerah dataran rendah merupakan daerah yang penuh dengan kedinamisan dan kegiatan penduduk yang sangat beragam. Sebagian besar penduduk lebih memilih bertempat tinggal di dataran rendah. Terlebih jika wilayah ini memiliki sumber air yang cukup. Daerah dataran rendah cocok dijadikan wilayah pertanian, perkebunan, peternakan, kegiatan, industri, dan sentra-sentra bisnis.
Lokasi yang datar, menyebabkan pengembangan daerah dapat dilakukan seluas mungkin. Pembangunan jalan raya dan jalan tol serta kelengkapan sarana transportasi ini telah mendorong daerah dataran rendah menjadi pusat ekonomi penduduk.
Keanekaragaman aktivitas penduduk ini menunjukkan adanya heterogenitas mata pencaharian penduduk. Petani, pedagang, buruh, dan pegawai kantor adalah beberapa contoh mata pencaharian penduduk daerah dataran rendah.Penduduk di daerah dataran rendah yang mengolahlahan pertanian memanfaatkan awal musim penghujan untuk pengolahan tanah pertanian. Hal ini karena kondisi lahan di daerah dataran rendah sangat bergantungdengan musim.Seperti juga pada penduduk di daerah pantai, penduduk daerah dataran rendah biasanya menggunakan pakaian yang tipis, karena suhu di daerah ini panas. Rumah-rumah di dataran rendah juga dibuat banyak ventilasinya dan atap dibuat dari genting tanah untuk mengurangi suhu yang panas ini.
Kemudahan transportasi dan banyaknyapusat-pusat kegiatan di daerah dataran rendah menarik penduduk untuk menetap di sana. Oleh karena itu, penduduknya semakin bertambah dan kebutuhan tempat tinggal serta tempat usaha juga meningkat. Lahan-lahan seperti sawah
dan hutan sebagai penyangga keseimbangan alam semakin berkurang digantikan oleh tumbuhnya bangunan bertingkat. Semakin berkurangnya lahan-lahan penyangga ini mengakibatkan daerah resapan air berkurang sehingga timbul beberapa masalah seperti banjir di musim hujan dan kekeringan yang dahsyat di musim kemarau. Selain itu menimbulkan
pula masalah-masalah sosial, seperti pengangguran, polusi, dan penyakit masyarakat lainnya.
Di Indonesia, penduduk dan segala aktivitasnya hampir semuanya terpusat pada daerah-daerah dataran rendah. Kota-kota besar yang ada, hampir semuanya terletak di daerah dataran rendah sehingga jumlah penduduk pun biasanya lebih besar dibandingkan daerah lainnya.

3. Kawasan Dataran Tinggi
Penduduk yang menyebar ke kawasan dataran tinggi umumnya merupakan penduduk yang ingin membangun kawasan pertanian, persawahan, dan perkebunan secara intensif. Kawasan dataran tinggi umumnya memiliki tanah dengan tingkat kesuburan tinggi dan cuaca yang sangat menunjang untuk pertanian. Oleh karena dataran tinggi berbentuk curam dan berbukit-bukit, umumnya lokasi ini agak susah untuk didirikan bangunan. Contohnya Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah dan daerah pertanian Puncak Bogor, Jawa Barat.
Dataran tinggi biasanya dijadikan sebagaidaerah tangkapan air hujan (cathcment area). Selain dapat memenuhi kebutuhan air tanah di wilayah sekitar, daerah tangkapan air hujan dapat mencegah terjadinya banjir pada daerah bawah. Dataran tinggi yang ditumbuhi pepohonan besardengan kondisi hutan yang masih terjaga berfungsi mencegah erosi, digunakan sebagai suaka margasatwa, cagar alam, atau bahkan tempat wisata. Namun sayangnya, penebangan liar tanpa memperhatikan upaya penanaman kembali dan usaha konservasi lahan sering menimbulkan bencana bagi penduduk di sekitarnya.
            Pembangunan vila dan pemukiman di daerah pegunungan juga telah mengurangi area peresapan air. Dapat ditebak, pada akhirnya dapat menyebabkan banjir. Seperti terjadi di Jakarta yang selalu mendapat kiriman air banjir dari Bogor. Setiap pergantian musim, kita sering dihadapkan pada bencana. Banjir pada musim penghujan dan bencana kekeringan setiap musim kemarau. Kita juga sering mengalami bencana tanah longsor, kebakaran hutan, dan bencana lain diakibatkan kerusakan kawasan hutan lindung atau hutan konservasi pada daerah hulu. Relief daratan dengan banyak pegunungan dan perbukitan, tanah yang subur, dan udara yang sejuk sangat diminati penduduk yang kegiatan utamanya di bidang pertanian. Sebagian besar
penduduk juga masih banyak yang tergantung pada alam dan memanfaatkan hasil dari alam.    Penduduk daerah pegunungan juga banyak yang memanfaatkan suhu udara yang dingin untuk menanam sayuran dan tanaman perkebunan. Selain itu, relief daratan yang demikian jugamemiliki potensi menjadi daerah pariwisata.
Pada wilayah dataran tinggi, suhu udara jauh lebih dingin dibandingkan dengan dataran rendah maupun daerah pantai. Tingkat kelembaban udara dan curah hujan yang berlangsung juga cukup tinggi. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di daerah tersebut biasanya mempunyai pola makan dan cara berpakaian yang berbeda dengan daerah lainnya. Untuk menghangatkan tubuhnya mereka banyak mengkonsumsi makanan yang hangat dan lebih tertutup dalam cara berpakaian.Pola permukiman penduduk sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi dan tingkat kesuburan   tanah. Pola pemukiman penduduk di daerah dataran tinggi biasanya menyebar mengikuti lereng dan mengelompok pada daerah yang mempunyai lahan subur dan relatif datar.




4. Kawasan Pegunungan
Di daerah yang bentuk muka buminya bergelombang atau berbukit, umumnya penggunaan lahan yang utama adalah pertanian, perkebunan dan permukiman.  Di daerah pegunungan, penggunaan lahan yang dominan adalah hutan. Disamping itu terdapat pertanian dan permukiman dalam luasan terbatas.



























 BAB III
          PENUTUP

Kesimpulan
Adapun yang termasuk kedalam pengklasifikasian dari permukiman itu sendiri meliputi
·         Perkampungan darurat
·         perkampungan tradisional
·         Perkampungan kumuh,
·         perkampungan untuk kelompok khusus
·         Perkampungan baru
·         Transmigrasi
Bentuk Pola Permukiman Penduduk.
1. Pola Memanjang (Linier)Pola memanjang permukiman penduduk dikatakan linier bila rumah-rumah yang dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan pada kawasan permukiman yang berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai.
2. Pola Terpusat (Nucleated)
Pola terpusat merupakan pola permukiman penduduk di mana rumah-rumah yang dibangun memusat pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan pada kawasan permukiman di desa-desa yang terletak di kawasan pegunungan.
3. Pola Tersebar (Dispersed)
Pada pola tersebar, rumah-rumah penduduk dibangun di kawasan luas dan bertanah kering yang menyebar dan agak renggang satu sama lain. Pola tersebar umumnya ditemukan pada kawasan luas yang bertanah kering.