BAB I
PENDAHULUAN
Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi
manusia. Rumah atautempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan.
Padazaman purba manusia bertempat tinggal didalam gua-gua, kemudian berkembang
dengan mendirikan rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad
modern ini manusia sudahmembangun rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan
peralatan yangserba modern. Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimum.Untuk memperoleh rumah yang sehat
ditentukan oleh tersedianya saranasanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah
usaha kesehatan masyarakatyang menitikberatkan pada pengawasan terhadap
struktur fisik dimanaorang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salahsatu bangunan
tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan,keamanan dan kesehatan
guna mendukung penghuninya agar dapatbekerja dengan produktif
Rumah
yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat denganpenyakit berbasis
lingkungan, dimana kecenderungannya semakinmeningkat akhir-akhir ini.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masihmerupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan padakelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis
lingkunganmenyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan
balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dankualitas
intervensi kesehatan lingkungan
Ada pula ketentuan pada pasal ini bahwa apabila
tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan
air bersih merupakan sarana dasar.Sarana lingkungan yang semestinya
ada di dalam kawasan lingkungan ini adalah fasilitas penunjang,
yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi,
sosial dan budaya. Fasilitas penunjang ini dapat meliputi aspek ekonomi
yang antara lain, tersedianya bangunan perniagaan atau perbelanjaan yang
tidak mencemari lingkungan, sedangkan fasilitas penunjang yang meliputi aspek
sosial budaya, antara lain berupa bangunan pelayanan umum dan pemerintah,
pendidikan dan kesehatan, peribadatan,rekreasi dan olahraga, pemakaman dan
pertamanan.
BAB II
PEMBAHASAN
KLASIFIKASI
PEMUKIMAN
1. Perkampungan darurat
jenis perkampungan ini biasanya
bersifat sementara (darurat) dan timbulnya perkampungan ini karena adanya
bencana alam. Untuk menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir maka dibuatkan
perkampungan darurat pada daerahh/lokasi yang bebas dari banjir. Mereka yang rumahnya
terkena banjir untuk sementara ditampatkan dipernkampungan ini untuk
mendapatkan pertolongan baantuan dan makanan pakaian dan obat obatan. Begitu
pula ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapiyang meletus dan lain
lain.Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang
fasilitas sanitasi lingkungan sehingga kemungkina penjalaran penyakit akan
mudah terjadi.
2. perkampungan tradisional
Perkampungan seperti ini biasa nya
penduduk atau masyarakatnya masih memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan,
kabudayaan dan kebiasaan nenek moyangnya secara turun temurun dianutnya secara
kuat. Tidak mau menerima perubahan perubahan dari luar walaupun dalam keadaan
zaman telah berkembang dengan pesat. Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional
yang sulit untuk diubah inilah yang akan membawa dampak terhadap kesehatn
seperti kebiasaan minum air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang sampah dan air
limbah di sembarang tempat sehingga terdapat genangan kotor yang mengakibatkan
mudah berjangkitnya penyakit menular.
3. Perkampungan kumuh (slum area)
Jenis pemukiman ini biasanya timbul
akibat adanya urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari kampung (pedesaan) ke
kota. Umumnya ingin mencari kehidupan yang lebih baik, mereka bekerja di toko-toko,
di restoran-restoran, sebagai pelayan dan lain lain. sulitnya mencari kerja di
kota akibat sangat banyak pencari kerja, sedang tempat bekerja terbatas, maka
banyak diantara mereke manjadi orang gelandangan, Di kota ummnya sulit
mendapatkan tempat tinggal yang layak hal ini karena tidak terjangkau oelh
penghasilan (upah kerja) yang mereka dapatkan setiap hari, akhirnya meraka
membuat gubuk-gubuk sementara (gubuk liar)
4. Perkampungan untuk
kelompok-kelompok khusus
perkampungan seperti ini dibasanya
dibangun oleh pemerintah dan diperuntukkan bagi orang -orang atau
kelompok-kelompok orang yang sedang menjalankan tugas tertentu yang telah
dirancanakan . Penghuninya atau orang orang yang menempatinya biasanya
bertempat tinggal untuk sementara, selama yang bersangkutan masih bisa menjalan
kan tugas. setelah cukup selesai maka mereka akan kembali ke
tempat/daerah asal masing masing. contohnya adalah perkampungan atlit (peserta
olah raga pekan olahraga nasional ) Perkampungan orang -orang yang naik haji,
perkampungan pekerja (pekerja proyek besar, proyek pembangunan bendungan,
perkampungan perkemahan pramuka dan lain lain
5. Perkampungan baru (real estate)
Pemukiman semacam ini drencanakan
pemerintah dan bekerja sama dengan pihak swasta. Pembangunan tempat pemukiman
ini biasanya dilokasi yang sesuai untuk suatu pemukiman (kawasan pemukiman).
ditempat ini biasanya keadaan kesehatan lingkunan cukup baik, ada listrik,
tersedianya sumber air bersih , baik berupa sumur pompa tangan (sumur bor) atau
pun air PAM/PDAM, sisetem pembuangan kotoran dan iari kotornya direncanakan
secara baik, begitu pula cara pembuangan samphnya di koordinir dan diatur
secara baik.
Selain itu ditempat ini biasanya
dilengakapi dengan gedung-gedung sekolah (SD, SMP, dll) yang dibangun dekat dengan
tempat tempat pelayanan masyarakat seperti poskesdes/puskesmas, pos keamanan
kantor pos, pasar dan lain lain.
Jenis pemukiman seperti ini biasanya
dibangung dan diperuntukkan bagi penduduk masyarakat yang berpenghasilan
menengah ketas. rumah rumah tersebut dapat dibali dengan cara di cicil bulanan
atau bahkan ada pula yang dibangun khusus untuk disewakan. contoh pemukiman
sperit ini adalah perumahan IKPR-BTN yang pada saat sekarang sudah banyak
dibangun sampai ke daerah-daerah
Untuk di daerah – daerah (kota kota
) yang sulit untuk mendapatkan tanah yang luas untuk perumahan, tetapi
kebutuhan akan perumahan cukup banyak, maka pemerintah bekerja sama dengan
pihak swasta membangun rumah tipe susun atau rumah susun (rumah bertingkat)
seperti terdapat di kota metropolitan DKI Jakarta. Rumah rumah seperti ini ada
yang dapat dibeli secara cicilan atau disewa secara bulanan.
6. Transmigrasi
jenis pemukiman semacam ini di
rencanakan oleh pemerintah yaitu suatu daerah pemukiman yang digunakan
untuk tempat penampungan penduduk yang dipindahkan (ditransmigrasikan) dari
suatu daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarng/kurang penduduknya
tapi luas daerahnya (untuk tanah garapan bertani bercocok tanam dan lain lain)
disamping itu jenis pemukiman merupakan tempat pemukiman bagi orang -orang
(penduduk) yang di transmigrasikan akibat di tempat aslinya seiring dilanda
banjir atau seirng mendapat gangguan dari kegiatan gunung berapi.
ditempat ini meraka telah disediakan rumah, dan tanah
garapan untuk bertani 9bercocok tanam) oleh pemerintah dan diharapkan mereka
nasibnya atau penghidupannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan kehidupan
di daerah aslinya
POLA PERMUKIMAN PENDUDUK\
Permukiman merupakan
kumpulan tempat tinggal manusia di suatu kawasan tertentu. Manusia biasa
membangun perumahan-perumahan yang berdekatan satu sama lain, karena pola
interaksi manusia sebagai makhluk sosial. Permukimanpermukiman yang dibangun
oleh penduduk di suatu kawasan akan sangat tergantung kepada kondisi lingkungan
di kawasan tersebut. Oleh karena itu, pola-pola pemukiman di setiap wilayah
memiliki ciri tersendiri. Namun secara umum, terdapat tiga pola permukiman yang
banyak dijumpai di Indonesia, yaitu pola memanjang (linier), pola
terpusat (nucleated), dan pola tersebar (dispersed
Bentuk
Pola Permukiman Penduduk.
1. Pola Memanjang
(Linier)
Pola memanjang permukiman penduduk
dikatakan linier bila rumah-rumah yang dibangun membentuk pola berderet-deret
hingga panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan pada kawasan permukiman yang
berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai. Pola ini dapat terbentuk
karena kondisi lahan di kawasan tersebut memang menuntut adanya pola ini.
Seperti kita ketahui, sungai, jalan, maupun garis pantai memanjang dari satu
titik tertentu ke titik lainnya, sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan
tersebut pun membangun rumah-rumah mereka dengan menyesuaikan diri pada keadaan
tersebut.
a.
Pola Permukiman Linier di Sepanjang Alur Sungai
Pola
ini terbentuk karena sungai merupakan sumber air yang melimpah dan sangat
dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, misalnya sumber air dan
sarana transportasi. Permukiman penduduk di sepanjang alur sungai biasanya
terbentuk di sisi kanan dan kiri sungai dan memanjang dari hulu hingga ke
hilir. Di Indonesia, pola permukiman ini banyak ditemukan di sepanjang
sungaisungai besar, seperti Sungai Musi di Sumatra dan Sungai Mahakam di
Kalimantan.
b.
Pola Permukiman Linier di Sepanjang Jalan Raya Perkembangan kemajuan zaman
memicu munculnya banyak jalan raya sebagai sarana transportasi yang lebih cepat
dan praktis. Jalan raya yang ramai membantu pertumbuhan ekonomi peduduk yang
tinggal di sekitarnya untuk membangun permukiman di sepanjang jalan raya. Pola
permukiman linier di sepanjang jalan raya dapat ditemukan di hampir seluruh
kota di Indonesia.
c.
Pola Permukiman Linier di Sepanjang Rel Kereta Api
Pola
permukiman linier di sepanjang rel kereta api biasanya hanya terkonsentrasi di
sekitar stasiun kereta api yang ramai dikunjungi orang. Rel kereta api dan
stasiun kereta api merupakan sarana vital yang mampu menghubungkan berbagai
tempat yang berjauhan, sehingga sangat banyak dikunjungi dan menarik untuk
ditinggali. Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api lazim ditemukan
di Pulau Jawa saja.
d.
Pola Permukiman Linier di Sepanjang Pantai
Pola
permukiman ini biasanya dibangun oleh penduduk yang memiliki mata pencaharian
sebagai nelayan. Pola permukiman linier di sepanjang pantai dapat ditemukan di
berbagai kawasan pantai dan desa-desa nelayan di Indonesia.
2. Pola Terpusat
(Nucleated)
Pola terpusat merupakan pola permukiman
penduduk di mana rumah-rumah yang dibangun memusat pada satu titik. Pola
terpusat umumnya ditemukan pada kawasan permukiman di desa-desa yang terletak
di kawasan pegunungan. Pola ini biasanya dibangun oleh penduduk yang masih satu
keturunan.
3. Pola Tersebar
(Dispersed)
Pada pola tersebar, rumah-rumah penduduk
dibangun di kawasan luas dan bertanah kering yang menyebar dan agak renggang
satu sama lain. Pola tersebar umumnya ditemukan pada kawasan luas yang bertanah
kering. Pola ini dapat terbentuk karena penduduk mencoba untuk bermukim di
dekat suatu sumber air, terutama air tanah, sehingga rumah dibangun pada
titik-titik yang memiliki sumber air bagus.
Sebagaimana kamu ketahui, bahwa dalam
persebarannya biasanya penduduk membangun rumah di kawasan-kawasan yang dapat
menunjang kegiatan kesehariannya, terutama kegiatan yang menunjang ekonomi
mereka. Oleh karena beragamnya pencaharian masyarakat, maka
permukimanpermukiman penduduk di Indonesia pun tersebar pada kawasan-kawasan
tertentu.
Salah satu penyebab tidak meratanya
persebaran permukiman penduduk adalah perekonomian masyarakat. Sejak zaman
dahulu, Jawa telah menjadi pusat pemerataan perdagangan di kawasan Asia
Tenggara. Akibatnya, penduduk banyak berdatangan ke Pulau Jawa untuk mencari
barang dan pekerjaan karena mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Padahal,
kawasan-kawasan lain di Indonesia pun memiliki potensi yang besar untuk
pengembangan ekonomi.
Upaya persebaran penduduk secara merata
di seluruh wilayah penting untuk dilakukan dengan tujuan agar tingkat kepadatan
penduduk di satu kawasan tidak terlalu tinggi dan pembangunan di
kawasan-kawasan yang lain dapat terpacu dan mengalami peningkatan. Pola
persebaran peduduk dapat dipetakan dalam tiga jenis bentang alam yang lazim
dijadikan tempat permukiman, yakni kawasan pantai, kawasan dataran rendah, dan
dataran tinggi.
1.
Kawasan Pantai
Penduduk
yang tinggal di daerah pantai umumnya berprofesi sebagai nelayan atau pedagang.
Pedagang membutuhkan permukiman di kawasan pantai untuk keperluan perniagaannya
karena lokasi pantai yang dekat dengan laut akan mempermudah transportasi dan
perjalanan barang dagangan. Karena itu, kota-kota yang berada di kawasan pantai
umumnya merupakan kota perdagangan yang berkembang pesat, misalnya Kota New
York di Amerika Serikat dan Kota Marseille di Prancis, juga di kota-kota di
Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Banda Aceh.
2.
Kawasan Dataran Rendah
Penduduk
yang tinggal di kawasan dataran rendah umumnya merupakan penduduk yang ingin
membangun kawasan pertanian, persawahan, dan perkebunan. Kawasan dataran rendah
yang disebari penduduk umumnya ialah yang dialiri aliran sungai. Lokasi dataran
rendah yang umumnya datar menjadikan pembangunan di kawasan seperti ini dapat
berjalan cepat karena berbagai sarana transportasi seperti jalan dan rel kereta
api mudah dibangun. Kota-kota yang berada di kawasan dataran rendah umumnya
menjadi kota jasa dan pertanian yang berkembang pesat, misalnya Kota Amsterdam
di Belanda dan Kota Bremen di Jerman. Di Indonesia contohnya Kota Surakarta,
Jawa Tengah.
Dataran rendah merupakan daerah datar
yang memiliki ketinggian hampir sama. Kondisi wilayah yang datar memudahkan
manusia untuk beraktivitas dalam menjalankan kehidupannya. Di Indonesia daerah
dataran rendah merupakan daerah yang penuh dengan kedinamisan dan kegiatan
penduduk yang sangat beragam. Sebagian besar penduduk lebih memilih bertempat
tinggal di dataran rendah. Terlebih jika wilayah ini memiliki sumber air yang
cukup. Daerah dataran rendah cocok dijadikan wilayah pertanian, perkebunan,
peternakan, kegiatan, industri, dan sentra-sentra bisnis.
Lokasi yang datar, menyebabkan
pengembangan daerah dapat dilakukan seluas mungkin. Pembangunan jalan raya dan
jalan tol serta kelengkapan sarana transportasi ini telah mendorong daerah
dataran rendah menjadi pusat ekonomi penduduk.
Keanekaragaman aktivitas penduduk ini
menunjukkan adanya heterogenitas mata pencaharian penduduk. Petani, pedagang,
buruh, dan pegawai kantor adalah beberapa contoh mata pencaharian penduduk
daerah dataran rendah.Penduduk di daerah dataran rendah yang mengolahlahan
pertanian memanfaatkan awal musim penghujan untuk pengolahan tanah pertanian.
Hal ini karena kondisi lahan di daerah dataran rendah sangat bergantungdengan
musim.Seperti juga pada penduduk di daerah pantai, penduduk daerah dataran
rendah biasanya menggunakan pakaian yang tipis, karena suhu di daerah ini
panas. Rumah-rumah di dataran rendah juga dibuat banyak ventilasinya dan atap
dibuat dari genting tanah untuk mengurangi suhu yang panas ini.
Kemudahan transportasi dan
banyaknyapusat-pusat kegiatan di daerah dataran rendah menarik penduduk untuk
menetap di sana. Oleh karena itu, penduduknya semakin bertambah dan kebutuhan
tempat tinggal serta tempat usaha juga meningkat. Lahan-lahan seperti sawah
dan
hutan sebagai penyangga keseimbangan alam semakin berkurang digantikan oleh
tumbuhnya bangunan bertingkat. Semakin berkurangnya lahan-lahan penyangga ini
mengakibatkan daerah resapan air berkurang sehingga timbul beberapa masalah
seperti banjir di musim hujan dan kekeringan yang dahsyat di musim kemarau.
Selain itu menimbulkan
pula
masalah-masalah sosial, seperti pengangguran, polusi, dan penyakit masyarakat
lainnya.
Di
Indonesia, penduduk dan segala aktivitasnya hampir semuanya terpusat pada
daerah-daerah dataran rendah. Kota-kota besar yang ada, hampir semuanya
terletak di daerah dataran rendah sehingga jumlah penduduk pun biasanya lebih
besar dibandingkan daerah lainnya.
3.
Kawasan Dataran Tinggi
Penduduk yang menyebar ke kawasan
dataran tinggi umumnya merupakan penduduk yang ingin membangun kawasan
pertanian, persawahan, dan perkebunan secara intensif. Kawasan dataran tinggi
umumnya memiliki tanah dengan tingkat kesuburan tinggi dan cuaca yang sangat
menunjang untuk pertanian. Oleh karena dataran tinggi berbentuk curam dan
berbukit-bukit, umumnya lokasi ini agak susah untuk didirikan bangunan.
Contohnya Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah dan daerah pertanian Puncak Bogor,
Jawa Barat.
Dataran tinggi biasanya dijadikan
sebagaidaerah tangkapan air hujan (cathcment area). Selain dapat memenuhi
kebutuhan air tanah di wilayah sekitar, daerah tangkapan air hujan dapat
mencegah terjadinya banjir pada daerah bawah. Dataran tinggi yang ditumbuhi
pepohonan besardengan kondisi hutan yang masih terjaga berfungsi mencegah
erosi, digunakan sebagai suaka margasatwa, cagar alam, atau bahkan tempat
wisata. Namun sayangnya, penebangan liar tanpa memperhatikan upaya penanaman
kembali dan usaha konservasi lahan sering menimbulkan bencana bagi penduduk di
sekitarnya.
Pembangunan
vila dan pemukiman di daerah pegunungan juga telah mengurangi area peresapan
air. Dapat ditebak, pada akhirnya dapat menyebabkan banjir. Seperti terjadi di
Jakarta yang selalu mendapat kiriman air banjir dari Bogor. Setiap pergantian
musim, kita sering dihadapkan pada bencana. Banjir pada musim penghujan dan
bencana kekeringan setiap musim kemarau. Kita juga sering mengalami bencana
tanah longsor, kebakaran hutan, dan bencana lain diakibatkan kerusakan kawasan
hutan lindung atau hutan konservasi pada daerah hulu. Relief daratan dengan
banyak pegunungan dan perbukitan, tanah yang subur, dan udara yang sejuk sangat
diminati penduduk yang kegiatan utamanya di bidang pertanian. Sebagian besar
penduduk juga masih banyak yang
tergantung pada alam dan memanfaatkan hasil dari alam. Penduduk daerah pegunungan juga banyak yang
memanfaatkan suhu udara yang dingin untuk menanam sayuran dan tanaman
perkebunan. Selain itu, relief daratan yang demikian jugamemiliki potensi
menjadi daerah pariwisata.
Pada wilayah dataran tinggi, suhu udara
jauh lebih dingin dibandingkan dengan dataran rendah maupun daerah pantai.
Tingkat kelembaban udara dan curah hujan yang berlangsung juga cukup tinggi.
Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di daerah tersebut biasanya mempunyai
pola makan dan cara berpakaian yang berbeda dengan daerah lainnya. Untuk
menghangatkan tubuhnya mereka banyak mengkonsumsi makanan yang hangat dan lebih
tertutup dalam cara berpakaian.Pola permukiman penduduk sangat dipengaruhi oleh
kondisi topografi dan tingkat kesuburan
tanah. Pola pemukiman penduduk di daerah dataran tinggi biasanya
menyebar mengikuti lereng dan mengelompok pada daerah yang mempunyai lahan
subur dan relatif datar.
4.
Kawasan Pegunungan
Di daerah yang bentuk muka buminya
bergelombang atau berbukit, umumnya penggunaan lahan yang utama adalah
pertanian, perkebunan dan permukiman. Di
daerah pegunungan, penggunaan lahan yang dominan adalah hutan. Disamping itu
terdapat pertanian dan permukiman dalam luasan terbatas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun yang termasuk kedalam pengklasifikasian dari permukiman itu sendiri
meliputi
·
Perkampungan
darurat
·
perkampungan
tradisional
·
Perkampungan kumuh,
·
perkampungan untuk
kelompok khusus
·
Perkampungan baru
·
Transmigrasi
Bentuk Pola Permukiman Penduduk.
1. Pola
Memanjang (Linier)Pola memanjang permukiman penduduk dikatakan linier bila
rumah-rumah yang dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola
memanjang umumnya ditemukan pada kawasan permukiman yang berada di tepi sungai,
jalan raya, atau garis pantai.
2. Pola Terpusat
(Nucleated)
Pola terpusat
merupakan pola permukiman penduduk di mana rumah-rumah yang dibangun memusat
pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan pada kawasan permukiman di
desa-desa yang terletak di kawasan pegunungan.
3. Pola
Tersebar (Dispersed)
Pada pola
tersebar, rumah-rumah penduduk dibangun di kawasan luas dan bertanah kering
yang menyebar dan agak renggang satu sama lain. Pola tersebar umumnya ditemukan
pada kawasan luas yang bertanah kering.
0 komentar:
Post a Comment